BEKERJA KERAS
Sungguh Allah Tahu Lelah dan Sabarmu Maka Dari Itu Bekerja Keraslah
Bismillahirrahmanirrahim,
Kawanku semua,
saya lahir dan tumbuh besar di Kota Malang. Kota ini tidak hanya dikenal dengan
kesejukan dan keindahan bunganya, namun juga telah melahirkan klub sepak bola
yang namanya sudah menggema di Indonesia. Ya, klub itu adalah AREMA.
Tapi saya tidak ingin bercerita tentang AREMA,
izinkan saya berbagi tentang Aremania. Pada tahun 2000, Aremania menunjukkan
dedikasinya sebagai suporter, mereka rela patungan demi mendukung kiprah AREMA
melanjutkan kompetisi nasional hingga tuntas. Aremania bertebaran di pinggir
jalan, melakukan iuran, jual RBT, koran, stiker Arema, bahkan mengamen untuk
berpartisipasi dalam mempertahankan keberadaan klub sepak bola AREMA.
Terulang kembali, pada tahun 2010, AREMA dilepas
oleh sponsor utama. Aremania kembali membuktikan dedikasinya sebagai suporter.
Mereka kembali turun ke jalan, berjualan merchandise, membuka rekening pundi
amal AREMA di penjuru nusantara, meluncurkan RBT lagu-lagu AREMA untuk
mempertahankan eksistensi klub ini. Bukan tanpa alasan kami bangga menyebut
diri sebagai Aremania. Kisah ini menjadi pembeda keberadaan suporter tim ini
dengan tim-tim lain di negeri ini. Satu hal besar yang saya pelajari dari
Aremania adalah pengorbanan.
Untuk kita yang menghardik dan menghina
suporter bola, jangan-jangan pengorbanan Aremania untuk AREMA jauh lebih besar
dibandingkan pengorbanan kita untuk sesuatu yang kita yakini kebenarannya. Kita
yakin bekerja keras di usia muda memberhasilkan, kita yakin mengorbankan waktu,
tenaga, pikiran untuk kebaikan akan membawa pada surga, tapi seberapa sering
kita melewatkannya, mengkhianati dan tak setia dengan yang kita yakini?
Kalau
kamu ingin kemuliaan hidup, bangunlah saat yang lain masih tidur dan tidurlah
larut malam. Untuk cita dan mimpimu, apakah engkau siap terjaga, ketika orang
lain tertidur? Apalah engkau siap lapar ketika orang lain kenyang? Seperti
pesan Imam Syafi’i “Bersibuk-sibuklah selalu, karena kenikmatan hidup itu ada
pada saat kita bersibuk-sibuk.”
Mari kita simak kisah pengorbanan Hamzah bin
Abdul Munththalib yang mendapatkan gelar Singa Allah. Ia sebagai komandan
Perang Badar mampu menggetarkan pasukan musuh dan menjadikannya menang secara
gemilang. Di perang berikutnya, perang uhud, Rasulullah harus menahan sakit
ketika gigi seorang sahabat Rasul harus rontok karena berusaha mencabut 2
rantai besi di pelipis Rasulullah. Namun, luka itu tidak ada apa-apanya dibandingkan
luka hati Rasulullah yang mengetahui pamannya, Hamzah bin Abdul Munththalib
dibunuh dengan cara yang sadis, bukan hanya luka tusukan tombak, tetapi robekan
dada, jantung yang dikeluarkan, bibir, hidung, dan kedua telinga yang dipotong,
perutnya terbuka dengan hati yang telah terkoyak. Tatkala shalat jenazah,
sahabat dishalatkan satu per satu secara bergantian dan selalu bersanding
dengan jenazah Hamzah, hingga Rasulullah dan para sahabat menshalatkan Hamzah
73 kali dan disebutlah Hamzah sebagai pimpinan para syuhada.
Bilal Bin Rabah, budak yang direndahkan oleh manusia, namun ditinggikan derajatnya oleh Islam. Ketika di siang dalam terik matahari, beliau diikat majikannya, terus dicambuk, dan ditimpa batu besar, beliau terus berkata, "Ahad! Ahad! Ahad!"
Betapa besar cintanya pada Rasulullah, sejak Rasulullah meninggal Bilal tak mampu mengumandangkan adzan. Suatu ketika cucu Rasulullah dan Umar bin Khathab memohon kepadanya untuk adzan kembali. Bilal pun mengumandangkan adzan, seluruh penduduk Madinah berhamburan menuju Masjid Nabawi. Puncaknya, “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah," sejauh suara Bilal terdengar, orang yang mendengarnya pasti menangis mengingat Rasulullah, hingga seisi Kota Madina pecah oleh tangis, teringat masa indah bersama Rasulullah.
Betapa besar pengorbanan dan cintanya pada Islam dan Rasulullah, hingga Rasulullah pernah berkata pada Bilal, “Sesungguhnya, aku mendengar suara terompahmu di surga."
Bagaimana dengan kita? Seberapa besar pengorbanan kita?
Akhir kata, ingatlah pesan Umar bin Khatab, "Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ada pada kesabaran kita dalam berkorban." Ayo kawan, maksimalkan sisa umur kita untuk beribadah kepadaNya, “Bekerja keraslah, sungguh Allah tahu lelahmu!“
Bilal Bin Rabah, budak yang direndahkan oleh manusia, namun ditinggikan derajatnya oleh Islam. Ketika di siang dalam terik matahari, beliau diikat majikannya, terus dicambuk, dan ditimpa batu besar, beliau terus berkata, "Ahad! Ahad! Ahad!"
Betapa besar cintanya pada Rasulullah, sejak Rasulullah meninggal Bilal tak mampu mengumandangkan adzan. Suatu ketika cucu Rasulullah dan Umar bin Khathab memohon kepadanya untuk adzan kembali. Bilal pun mengumandangkan adzan, seluruh penduduk Madinah berhamburan menuju Masjid Nabawi. Puncaknya, “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah," sejauh suara Bilal terdengar, orang yang mendengarnya pasti menangis mengingat Rasulullah, hingga seisi Kota Madina pecah oleh tangis, teringat masa indah bersama Rasulullah.
Betapa besar pengorbanan dan cintanya pada Islam dan Rasulullah, hingga Rasulullah pernah berkata pada Bilal, “Sesungguhnya, aku mendengar suara terompahmu di surga."
Bagaimana dengan kita? Seberapa besar pengorbanan kita?
Akhir kata, ingatlah pesan Umar bin Khatab, "Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ada pada kesabaran kita dalam berkorban." Ayo kawan, maksimalkan sisa umur kita untuk beribadah kepadaNya, “Bekerja keraslah, sungguh Allah tahu lelahmu!“